Tabloidbnn.info.Timika. Sekitar 40-an guru dan pegawai di SD Inpres Nawaripi menyatakan persetujuan terhadap kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika yang menunjuk seorang guru dari luar sekolah tersebut sebagai Penjabat (Pj) Kepala Sekolah.
Penunjukan ini sekaligus menggantikan Yonike Tonapa, S.Pd, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala sekolah, namun kini diturunkan menjadi guru biasa di sekolah lain.
Wakil Kepala Sekolah SD Inpres Nawaripi, Berty Temorubun menyampaikan, keputusan tersebut menimbulkan kekecewaan mendalam dan dianggap mencederai kepercayaan para guru yang telah lama mengabdi.
“Kami menilai pimpinan Dinas Pendidikan menganggap keberadaan remeh sekitar empat puluh guru dan pegawai di SD Inpres Nawaripi. Tampaknya kami tidak punya kemampuan untuk memimpin sekolah sendiri,” tegas Berty.
Ia menilai kebijakan tersebut tidak melalui proses yang objektif dan transparan karena tidak melibatkan guru, komite sekolah, maupun pengawas dalam menentukan sosok yang layak menjabat kepala sekolah.
“Kami punya banyak guru senior yang sudah lama berkarya sejak sekolah ini berdiri pada tahun 1994 hingga kini. Jadi, kenapa harus mengambil orang dari luar?” lebih lanjutnya.
Menurutnya, guru-guru di SD Inpres Nawaripi juga memiliki rekam jejak dan kualitas kepemimpinan yang terbukti. Beberapa nama bahkan telah dipercaya menduduki jabatan strategis di lingkungan Pemkab Mimika, antara lain:
1. Thomas Mutaweyau, S.Pd – Anggota MRP.
2. Fransiskus Bokeyau, S.Pd – Mantan Sekretaris Dinas Pendidikan.
3. Anton Bugaleng, S.Sos – Juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Disdik.
4. Marselinus Sergius, S.Ag – Mantan Kepala Sekolah SD Inpres Nawaripi selama 14 tahun.
“Keputusan yang diambil Dinas Pendidikan kami nilai keliru, karena tanpa dasar yang jelas dan tidak melihat potensi internal sekolah. Kami, guru-guru SD Inpres Nawaripi juga bisa, bisa, dan bisa,” tegas Berty.
Berty berharap agar Dinas Pendidikan tidak memandang ke sebelah mata guru-guru SD Inpres Nawaripi, tetapi membuka ruang yang adil untuk pengembangan kepemimpinan dari internal sekolah.
Kepala Kampung Nawaripi pribadi mendukung aksi puluhan guru SD Inpres Nawaripi. Bukan mengintervensi soal penunjukan Pj. Kepala Sekolah SD Inpres Nawaripi. Tapi kondisi Pendidikan di Nawaripi khusus anak anak asli Nawaripi suku Kamoro sangat memprihatikan. Anak anak asli Nawaripi hampir tidak ada yang bersekolah di SD inpres Nawaripi. Mereka semua keluar sekolah diluar ke sekolah Yayasan swasta.
Ini semua berawal dari akibat kepala sekolah tidak bisa merangkul anak anak asli Nawaripi suku Kamoro. Oleh sebab itu anak anak usia sekolah SD terlantar maka pemerintah kampung Nawaripi berinisiatif menggunakan alokasi dana desa untuk kirim anak anak asli kampung Nawaripi suku Kamoro sekolah diluar daerah.
Saya juga mengapresiasi beberapa sekolah yayasan yang menampung anak anak asli Nawaripi untuk sekolah . Mohon kepada kepala Dinas Pendidikan agar mempertimbangkan hal ini .
Tidak hanya soal guru tapi tenaga kesehatan juga yang bertugas di Pustu Nawaripi juga harus ditempatkan tenaga tenaga kesehatan yang mengerti budaya orang Komoro . Karena awal SD inpres Nawaripi dan Pustu Nawaripi dibangun di Nawaripi karena ada komunitas orang asli Nawaripi suku Kamoro . Oleh sebab itu harus ada keberpihakan khusus kepada orang orang asli Nawaripi suku Kamoro.
0Saya mengakui bahwa Nawaripi masih terlihat anak anak muda yang mabuk dan mengganggu aktivitas pelayanan . Jadi tempatkan petugas / pegawai pemerintah di kampung Nawaripi harus yang berjiwa patriot dan tahan banting. Mungkin begitu saran dari kepala kampung Nawaripi
“Dengan penuh hormat, kami meminta agar Pj kepala sekolah yang ditunjuk ditarik kembali dan digantikan oleh salah satu guru senior dari SD Inpres Nawaripi sendiri,” tutupnya.(red)