Dari Dapur ke Data Pemberdayaan Ibu PKK Tanjung Seumantoh Bersama Unsam Hadirkan Solusi Cegah Stunting

  • Bagikan

Tabloidbnn.info | Aceh Tamiang – Dalam upaya mengatasi permasalahan stunting yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat nasional, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Samudra menghadirkan pendekatan inovatif melalui pelatihan berbasis sains dan kearifan lokal bagi ibu-ibu PKK di Desa Tanjung Seumantoh, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang. Selasa, (15 Juli 2025).

Kegiatan tersebut bertajuk “Pemberdayaan Ibu PKK Melalui Diversifikasi Produk Susu dengan Penambahan Kacang Hijau untuk Mencegah Stunting”.

Tidak hanya mempertemukan ilmu dan dapur, tetapi juga mendekatkan data dan kesadaran masyarakat melalui tindakan nyata.

Dalam pelatihan ini, ibu-ibu diajak untuk mengolah yogurt berbasis susu dan tepung kacang hijau—kombinasi nutrisi yang terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh dan status gizi anak.

“Integrasi antara protein hewani dari susu dan senyawa bioaktif dari kacang hijau, seperti flavonoid dan fenolik, menjadi formula alami dalam mencegah stunting,” ujar Mulia Safrida Sari, S.Pd., M.Si., Ketua Tim PKM Unsam. Bersama dua anggota timnya, Sarah Niaci, S.Si., M.Si., dan Siti Faizah, S.Si., M.Si., mereka menggelar pelatihan yang menyentuh langsung isu prioritas daerah.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Tamiang, prevalensi stunting mencapai 27,4% di tahun 2022, masih jauh dari target nasional 14%. Pelatihan ini menjadi bentuk intervensi preventif berbasis masyarakat yang konkret. Bertempat di Kantor Datok Penghulu Desa Tanjung Seumantoh, kegiatan diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari desa tersebut.

Dalam sesi sosialisasi dan pelatihan selama dua jam, peserta diajak memahami bahaya stunting, manfaat gizi susu dan kacang hijau, hingga praktik langsung pembuatan yogurt rumahan. Tidak hanya aspek kesehatan yang ditanamkan, tetapi juga nilai ekonomis—bahwa produk ini bisa dikembangkan sebagai peluang usaha keluarga.

“Alhamdulillah menyenangkan. Materinya mudah dipahami, ilmunya sangat berguna, dan bisa langsung dipraktikkan di rumah. Bahkan bisa kita ajarkan kembali ke warga lain. Pembuatan yogurt ternyata tidak rumit dan bahannya juga murah. Pokoknya the best lah,” ungkap Ketua PKK, T. Ainil Mardiah.

Kolaborasi aktif dengan tokoh desa, dalam hal ini Datok Penghulu Yusrizal, juga memainkan peran penting. Selain memfasilitasi lokasi dan peserta, beliau turut mendukung upaya pendampingan pasca pelatihan agar pengetahuan tidak berhenti sebagai seremoni.

Respon masyarakat yang tinggi menjadi bukti bahwa pendekatan dari dapur ke data—yang menggabungkan pengolahan pangan sehat dan pemahaman berbasis informasi—dapat menjadi model efektif dalam pengentasan stunting. Pelatihan ini menjelma sebagai ruang dialog antara ilmu pengetahuan, budaya lokal, dan aspirasi masyarakat.

Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan partisipatif, kegiatan ini tidak hanya menyajikan yogurt sebagai produk, melainkan juga sebagai simbol transformasi sosial. Sebuah pelajaran bahwa perubahan besar dapat bermula dari hal-hal kecil di dapur—selama dibarengi dengan data, dedikasi, dan doa.

Penulis: Abdul Karim
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *