Tabloidbnn.info | Aceh Tamiang – Masyarakat di Dua Kecamatan yakni Kecamatan Sekerak dan Kecamatan Kejuruan Muda Mengharapkan Pembangunan Jembatan Penghubung Sebagai Kebutuhan Akses Transportasi guna mendukung perekonomian dan aktivitas sehari-hari.
Jembatan gantung yang merupakan urat nadi bagi Kampung (desa) Sekerak Kiri, Pantai Perlak dan Pangkalan sangat memprihatinkan dengan kondisi jembatannya saat ini dan juga prihatin dengan pendapatan ekonomi masyarakatnya karna harus mengeluarkan cost lebih dalam mengeluarkan hasil bumi dan kebutuhan lainnya sehari-hari.
Harapan itu disampaikan oleh Datok Penghulu Kampung Sekerak Kiri Kecamatan Sekerak, Abdul Manan pada Jum’at, (05/09/2025) sambil menikmati secangkir kopi di salah satu warung di Kampung setempat.
Menurutnya, Jembatan Penghubung (jembatan gantung) yang ada saat ini dibangun pada tahun 1989 lalu, usianya kurang lebih sudah mencapai 36 tahun.
“Jembatan ini merupakan jalan utama bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, mulai dari pelajar, pekerja, para petani dan pekebun untuk mengangkut hasil produksinya ke pusat kota” ujar Manan.
Abdul Manan juga mengatakan, “kita tidak tau secara pasti, kemampuan dan daya tahan jembatan itu ketika menampung beban beban yang dibawa oleh para petani seperti, buah kelapa sawit serta tanaman palawija yang akan dipasarkan” ucapnya seraya mohon perhatian pemerintah daerah untuk mempertimbangkannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Datok Penghulu Kampung Pangkalan Kecamatan Kejuruan Muda, Agustina Sari, SE melalui pesan WhatsAppnya mengatakan “kami (desa) sudah berkali-kali mengajukan permohonan untuk dibangun jembatan permanen bahkan masuk dalam skala prioritas pada musrenbang, namun sampai saat ini belum juga terealisasi” kata Agustina.
Kekhawatirannya akan kondisi jembatan gantung saat melihat lantai jembatan sudah banyak yang rusak, bahkan kerap diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat Kampung, juga khawatir akan ketahanan pada sling penyangga atau penahan jembatan gantung karna sudah termakan usia.
“Lantai jembatan gantung ini sudah beberapa kali diperbaiki oleh warga secara swadaya dan kami juga khawatir akan tali sling itu karna sudah terlalu lama” sebut Agustina
“Saat ini para petani sawit dalam mengeluarkan hasilnya terpaksa harus berbalik ke arah Kampung Tanjung Mancang dimana kondisi jalannya yang rusak juga jarak tempuh yang lumayan jauh, namun bila jembatan gantung ini diganti dengan jembatan permanen maka akan lebih efesiensi dan efektif bagi petani sawit, dan segala kebutuhan masyarakat yang ada di tiga desa ini dapat terpenuhi” jelasnya lagi.
Mewakili masyarakat, Kedua Datok Penghulu tersebut sangat membutuhkan pembangunan jembatan permanen kepada Pemerintah Daerah agar segala kebutuhan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar.