Tabloidbnn.info.Batu Bara | Lebih dari seratus hari kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Batu Bara terpilih, Baharudin-Syafrizal, masa jabatan 2025-2030, diwarnai dinamika.
Kontroversi muncul seputar pengangkatan pejabat, dengan beberapa kepala OPD yang hanya diangkat sebagai Pelaksana Harian (Plh), mengundurkan diri, atau dinonaktifkan.
Namun, di balik hiruk-pikuk politik birokrasi, terdapat masalah yang lebih mendesak: masa depan pendidikan anak-anak di Kecamatan Limapuluh.
Setiap tahun, sekitar 1.700 hingga 2.000 siswa tamat dari SLTP di Limapuluh, namun hanya dua sekolah SLTA negeri yang tersedia, dengan daya tampung terbatas sekitar 600 siswa.
Kondisi ini memaksa banyak siswa melanjutkan pendidikan ke luar kota, seperti Air Putih, Kisaran, bahkan Perdagangan di Simalungun, atau terpaksa putus sekolah.
Biaya transportasi yang tinggi, hingga Rp 20.000 per hari, menjadi kendala utama bagi keluarga kurang mampu.
“Saya ingin anak saya sekolah dekat rumah,” ungkap Siti, seorang ibu rumah tangga, dengan nada pilu.
Ironisnya, hanya 7 kilometer dari Limapuluh, terdapat KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Sei Mangke, proyek strategis nasional yang diproyeksikan membuka ribuan lapangan kerja.
Namun, tanpa pendidikan dan keterampilan yang memadai, anak-anak Batu Bara berisiko menjadi penonton di tanah sendiri.
Tantangan bagi Baharudin-Syafrizal sangat nyata.
Kepemimpinan yang dibutuhkan bukan hanya di ranah politik, tetapi juga dalam menjawab kebutuhan pendidikan dasar. Beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
1. Pengembangan SDM: Meningkatkan kualitas SDM lokal melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri di KEK Sei Mangke.
2. Infrastruktur Pendukung: Memastikan infrastruktur memadai untuk mendukung kegiatan ekonomi di KEK, termasuk akses jalan, listrik, air, dan fasilitas umum lainnya.
3. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan: Membangun fasilitas pendidikan baru seperti STM, SMK, dan SLTA di Limapuluh, serta menyediakan pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri di KEK.
4. Kemitraan dengan Investor: Menjalin kemitraan dengan investor di KEK untuk menyerap tenaga kerja lokal.
5. Pengembangan Ekonomi Lokal: Mengembangkan ekonomi lokal melalui promosi produk UMKM untuk meningkatkan akses pasar.
6. Pengawasan dan Evaluasi: Melakukan pengawasan dan evaluasi dampak KEK Sei Mangke terhadap masyarakat lokal dan lingkungan.
“Kami tidak minta banyak. Cukup sekolah, cukup harapan, cukup perhatian dari pemimpin yang kami pilih,” kata Budi, seorang guru SMP di Limapuluh.
Baharudin-Syafrizal kini dihadapkan pada tugas berat: membuktikan bahwa anak-anak Batu Bara memiliki tempat di KEK Sei Mangke, dan mimpi mereka layak diperjuangkan.
Sumber: Zein,
Dirilis : Rahasia Hidayat.