Tabloidbnn.info | Aceh Tamiang – Petani Kampung Sekerak Kiri Kecamatan Sekerak pacu ketahanan pangan melalui dana BUMK sesuai amanat Pemerintah yakni sebanyak 20% dari total anggaran dana desa diwajibkan untuk program ketahanan pangan di desa.
Hal ini dalam upaya untuk memperkuat ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat dengan program bercocok tanam palawija, kata Datok Penghulu Kampung Sekerak Kiri, Abdul Manan, kepada wartawan, Jum’at, (5/9/2024).
Kegiatan ini langsung bernaung dibawah BUMK, para petani yang terdiri sebanyak kurang lebih sekitar 20 orang menjalankan rutinitasnya setelah dana BUMK yang mereka usulkan disetujui.
Dijelaskan, untuk kegiatan tersebut pihak BUMK mengalokasikan anggarannya sebesar Rp. 70 juta yang diperuntukkan bagi para petani palawija.
Adapun jenis tanaman palawija yang diproduksikan berupa tanaman timun, kacang panjang, terong, cabai dan lainnya, kata Abdul Manan.
Alhamdulillah, dengan adanya kegiatan ini, saya melihat petani sangat antusias dan bersemangat dalam mengembangkan pertaniannya, petani juga sangat merasakan dampaknya dari program ini meskipun pada prinsipnya para petani harus mengembalikan modal usahanya ke BUMK.
Jika dilihat dari hasil yang mereka produksi saat ini, tentu sangat membantu pendapatan ekonomi keluarga mereka” jelas Datok.
Dijelaskannya, bahwa dalam hal bantuan usaha untuk petani ini, tidak semua petani mendapatkan bantuan modal usaha yang sama, dan harus diverifikasi berdasarkan luas lahan dan jenis tanaman, sebut Datok.
Menurutnya, Kampung Sekerak Kiri merupakan salah satu desa di kecamatan Sekerak yang melakukan kegiatan ketahanan pangan di bidang pertanian dan ini juga masih dalam tahap uji coba, insya Allah bila berhasil, kedepannya akan kita tingkatkan anggarannya agar bisa terus membantu petani dan masyarakat kampung secara berkelanjutan” ujarnya lagi.
Nazrunhalim (45) salah seorang petani palawija kampung setempat mengatakan, saat ini kami menjual hasil produksi buah timun seharga Rp. 2.800 / Kg, alhamdulillah dengan harga tersebut sudah sangat menguntungkan bagi kami.
Kami juga mengatur masa tanam agar pada saat panen nantinya tidak mengalami penurunan harga. Rata-rata petani disini bisa memasarkan hasil produksinya yakni buah timun sebanyak 250 Kg per harinya” ungkap Nazrun.
Saat disinggung mengenai pupuk, petani lebih mengutamakan pupuk kandang daripada pupuk kimia. Pupuk kimia digunakan hanya sebagai perangsang saja.
Terkait pestisida, petani Sekerak Kiri ini juga menggunakan secukupnya secara berkala dan mudah didapatkan. Namun hama tanaman yang sangat meresahkan bagi para petani adalah sekelompok gerombolan monyet, ucapnya.
Selain itu, para petani sangat mengharapkan adanya perhatian dan bantuan dari Pemerintah Daerah dalam hal alat mesin pertanian (Alsintan) pengolah tanah seperti traktor roda empat untuk mempermudah dalam proses pengolahan lahan, kami saat ini hanya menggunakan satu unit alat multivator saja, tutup Nazrun.