Lima Jejak Pancasila di Setiap Langkah Kita

  • Bagikan

Tabloidbnn.info | Pancasila sebagai Fondasi Bangsa, Pancasila bukan hanya sebuah ideologi, melainkan juga panduan hidup bagi setiap rakyat Indonesia. Dalam setiap aspek kehidupan, nilai-nilai Pancasila hadir sebagai pengingat akan jati diri bangsa yang beragam namun tetap satu.

Di tengah menurunnya minat baca masyarakat, penting untuk menyadari bagaimana Pancasila tetap relevan dan hadir di setiap langkah kehidupan kita. Artikel ini akan mengurai lima jejak nyata Pancasila yang sering kita jumpai, meskipun tanpa disadari.

Jejak Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa di Kehidupan Beragama
Sila pertama menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang beriman. Namun, makna sila ini jauh melampaui ritual keagamaan. Ia mengajarkan toleransi dan penghormatan atas keyakinan orang lain.

Contoh nyata dapat ditemukan dalam tradisi unik di Yogyakarta, di mana umat Muslim dan Kristen bersama-sama merayakan Hari Raya dengan tradisi Grebeg Besar.

Begitu pula di Bali, umat Hindu mengizinkan umat lain menggunakan pura untuk kegiatan keagamaan. Fakta ini menunjukkan bahwa Pancasila bukan sekadar teks konstitusi, melainkan roh yang menyatukan keberagaman spiritual.

Jejak Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Kepedulian Sosial
Indonesia sering disebut sebagai bangsa yang penuh kepedulian. Sila kedua ini tercermin dalam gerakan sosial yang dilakukan masyarakat, seperti saat bencana alam melanda.

Tahun 2023, misalnya, ribuan relawan dari berbagai daerah turun langsung membantu korban gempa di Cianjur.
Di samping itu, program pemerintah seperti Dana Desa menjadi bentuk konkret penerapan nilai ini.

Dana tersebut tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memberdayakan masyarakat desa secara ekonomi dan sosial. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa sila kedua adalah denyut nadi kemanusiaan bangsa Indonesia.

Jejak Ketiga: Persatuan Indonesia melalui Olahraga dan Budaya
Persatuan seringkali terasa abstrak, namun ia menjadi nyata dalam momen-momen kebersamaan, seperti perayaan olahraga nasional.

Kemenangan Timnas U-22 di SEA Games 2023, misalnya, menjadi pengingat bahwa olahraga dapat mempersatukan kita tanpa memandang suku, agama, atau wilayah asal.

Selain itu, budaya seperti Festival Danau Toba di Sumatra Utara menjadi wujud nyata sila ketiga. Dalam festival ini, berbagai suku dan budaya berkumpul, merayakan keindahan keberagaman yang ada. Persatuan Indonesia bukan hanya cita-cita, tetapi kenyataan yang terus kita jaga bersama.

Jejak Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Musyawarah adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Di setiap tingkatan, mulai dari rapat RT hingga sidang parlemen, prinsip ini diterapkan.

Namun, sila ini juga mengingatkan pentingnya kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
Program Musyawarah Desa (Musdes), misalnya, menjadi wadah masyarakat untuk menentukan prioritas pembangunan.

Ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga subjek yang aktif berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan.

Jejak Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi
Keadilan sosial adalah cita-cita luhur yang ingin dicapai Indonesia.

Dalam beberapa dekade terakhir, program seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi wujud nyata implementasi sila kelima. Program ini memberikan akses kepada pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

SDi sisi lain, perkembangan UMKM di berbagai daerah juga menjadi bukti keberhasilan nilai keadilan sosial. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa pada 2022, sektor ini menyumbang 61% dari PDB nasional, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat kecil.

Menemukan Pancasila di Setiap Langkah Kita Pancasila adalah cerminan nilai-nilai luhur yang hidup di tengah masyarakat Indonesia. Dari toleransi hingga persatuan, dari musyawarah hingga keadilan sosial, jejaknya hadir di setiap langkah kita. Namun, untuk menjaga relevansi Pancasila, kita perlu terus merefleksikan diri: apakah langkah kita sudah mencerminkan nilai-nilai tersebut?.

Sebagai bangsa yang besar, kita memiliki tanggung jawab besar pula untuk menjaga dan mewariskan nilai-nilai Pancasila kepada generasi mendatang. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya menjadi teks, tetapi juga napas kehidupan kita sehari-hari.

Penulis: Ulfa Sari
Semester 2
Fakultas Hukum
Universitas Pamulang

Penulis: Redaksi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *